Ilustrasi sumber Ayurveda |
Pada postingan kedua ini, saya
akan mencoba menyajikan tentang sumber ajaran Āyurveda dan sejarahnya.
Tulisan ini sudah pernah saya tuliskan sebelumnya di Jogjaspirit.blogspot.com.
Namun sekarang saya pindahkan ke blog ini, dengan tujuan agar isi blog lebih
rapi. Pada tulisan ini yang saya ulas adalah sejarah sumber ajaran Āyurveda
berdasarkan kitab klasik.
Berdasarkan isi dari kitab klasik
Āyurveda, dijelaskan mengenai
bagaimana ajaran Āyurveda bisa turun ke bumi. Pada sloka Aṣṭaṅga
Hṛdaya dijelaskan bahwa Dewa Brahma mengingat kembali ajaran Āyurveda
ke dalam pikirannya, kemudian ia mengajarkan ajaran Āyurveda kepada Dakṣa
Prajāpati. Selanjutnya Dakṣa Prajāpati mengajarkan
ajaran Āyurveda ini kepada Aśvini bersaudara. Kemudian Aśvini
bersaudara mengajarkan ajaran ini kepada Dewa Indra. Dewa Indra
kemudian mengajarkan ajaran Āyurveda kepada Ātreya Punarvasu dan
Ātreya Punarvasu mengajarkan kepada enam murid. Keenam murid Rsi Ātreya
ini kemudian masing-masing menulis ajaran Āyurveda menjadi kitab klasik
dengan isi yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya.
Kelanjutan dari uraian di atas
adalah:
Ketika penyakit mulai menyerang
umat manusia di dunia, Rsi-rsi agung di dunia mengadakan pertemuan di
lereng gunung Himalaya dan didapat kesimpulan bahwa harus ada seseorang yang
menghadap Dewa Indra untuk belajar Āyurveda darinya dan membawa
ajaran Āyurveda ke dunia agar bisa memberikan manfaat kepada umat
manusia.
Tetapi siapakah yang akan mau
memikul tugas berat itu untuk pergi ke surga untuk menghadap Dewa Indra?
Rsi Bharadvāja, salah
seorang Rsi yang ikut di dalam pertemuan tersebut menawarkan diri untuk
melaksanakan tugas tersebut dan peserta pertemuan lainnya pun menyetujuinya.
Kemudian Rsi Bharadvāja pergi ke surga menemui Dewa Indra,
belajar ajaran Āyurveda dari Dewa Indra, kemudian kembali ke
dunia membawa ajaran Āyurveda dan menyampaikan ajaran tersebut di dalam
pertemuan para Rsi.
Kṛsṇa Ātreya, yang juga
disebut sebagai Ātreya Punarvasu yang juga mendapat ajaran ini dari Dewa
Indra mengajarkan ajaran Āyurveda kepada keenam muridnya yaitu
Agniveśa, Bhela, Jatūkarṇa, Parāśara, Hārita, dan Kṣārapāṇi.
Seperti disampaikan sebelumnya
bahwa masing-masing murid dari Kṛṣna Ātreya ini menulis ajaran Āyurveda yang
mereka terima menjadi risalah dan menyerahkannya kepada guru dan pada pertemuan
para Rsi.
Risalah yang ditulis oleh Agniveśa
adalah risalah yang paling bagus bahkan dipuji oleh para dewa. Risalah ini
menjadi terkenal di di dunia. Demikian dijelaskan pada Caraka Samhitā Sūtrasthāna,
bab 1.
Dijelaskan lebih lanjut di dalam Aṣṭangga
Hṛdaya, bahwa ajaran Āyurveda oleh Kṛṣna Ātreya lebih fokus
pada Kāyacikitsā (pengobatan tubuh bagian dalam), yang merupakan salah satu
bagian dari cabang Āyurveda.
Risalah yang ditulis oleh Agniveśa
yang ada saat ini bukan dalam bentuk aslinya, tetapi merukan bentuk yang sudah
direvisi yang dikenal sebagai Caraka Samhitā karena risalah ini diedit oleh Caraka
Muni untuk pertama kalinya.
Dalam perkembangannya risalah ini
diedit juga oleh Dṛdhabala. Sarjana-sarjana modern menetapkan masa Kṛṣna
Atreya dan Agniveśa pada abad ke-6 sampai 5 Sebelum Masehi. Caraka
Muni pada abad ke-2 Masehi dan Dṛdhabala pada abad ke-4 Masehi.