Ilustrasi Pemutaran Gunung Mandara di Bandara Svarnabhumi, Thailand. Asura di bagian leher naga Basuki |
Di dalam salah satu Purana
diceritakan bagaimana Dewa Dhanvantari
muncul dari lautan susu membawa Amṛta Kalaṣa.
Diceritakan bahwa para dewa dan asura
sedang mencari-cari Amṛta yang konon akan memberikan hidup abadi bagi
yang meminumnya. Amṛta ini berada di lautan susu yang maha luas dan maha
dalam.
Untuk mendapatkan Amṛta tersebut
maka para dewa dan asura bekerja sama untuk mencarinya.
Dicapailah
kesepakatan bahwa lautan susu akan diaduk dengan gunung Mandara yang dipilih
sebagai alat pengaduknya. Oleh Anantaboga dicabutlah gunung Mandara
untuk dibawa ke lautan susu (Kseera sagara). Gunung ini tingginya 11
ribu yojana. Untuk mengaduk
lautan susu, maka gunung Mandara harus diputar. Maka pilihan jatuh kepada naga Basuki
sebagai tali.
Naga Basuki melilit gunung
Mandara. Pada bagian leher naga Basuki dipegang oleh para asura dan pada
bagian ekor dipegang oleh para dewa. Naga Basuki ditarik ulur secara
bergantian oleh kedua pihak untuk memutar gunung Mandara.
Tarik ulur ini berlangsung terus
menerus. Untuk menjaga agar gunung Mandara tetap stabil maka dewa Wisnu dalam
wujudnya sebagai kura-kura (Kurma Avatara) menyangga dasar dari gunung
Mandara.
Karena pemutaran gunung ini
sedemikian hebatnya sampai lautan susu bergemuruh, gunung Mandara menyala dan
naga Basuki mengeluarkan bisanya.
Dewa Wisnu di atas Gunung Mandara |
Selain itu saat lautan diaduk,
racun yang mematikan yang disebut dengan Halahala menyebar dan akhirnya
diminum oleh dewa Siwa untuk mencegah agar racun membunuh umat manusia. Karena
ia meminum racun itu maka dewa siwa disebut dengan Nilakantha. Nila
artinya racun dan Kantha artinya leher. Leher dewa Siwa membiru.
Setelah diputar sekian lama maka
berbagai isi lautan susus bermunculan, harta karun dan dewa-dewi. Dari lautan
susu muncul Sura, Apsara, Kostuba, Uccaisvara, Kalpavreksa, Kamadhenu,
Airavata, Laksmi, Dewi Sri, Ardhacandra, Kastubhamani, dan dewa Dhanvantari
yang membawa Amṛta Kalaṣa. Dhanvantari adalah avatara dari Wisnu
dalam wujud aslinya. Dhanvantari muncul dari lautan susu dengan
ciri-ciri bertangan 4, dengan salah satu tangannya menggenggam Amṛta Kalaṣa.
Para dewa ternyata tidak rela
jika Amṛta menjadi milik para asura. Oleh karena itu dewa Wisnu
merubah wujudnya menjadi wanita cantik yang bernama Mohini dan mendekati
para asura. Karena terpesona para asura tanpa berpikir panjang
menyerahkan Amṛta kepada Mohini.
Karena mereka pikir jika wanita cantik tersebut akan awet muda jika
meminum Amṛta dan selalu bisa bersama para asura.
Mohini langsung pergi dan
merubah wujudnya menjadi dewa Wisnu. Menyadari hal itu para asura marah dan terjadilah
pertempuran antara dewa dan asura. Para asura kalah dalam
pertempuran ini. Para dewa kemudian pergi ke Wisnuloka untuk meminum Amṛta.
Para Dewa memegang ekor naga Basuki |
Seorang asura bernama Kala
Rahu yang tidak lain adalah anak Sang Vipracitti dan Sang Singhika
mengetahui hal ini kemudian menyamar menjadi dewa dan ikut meminum Amṛta.
Dewa Surya dan Candra mengetahui hal tersebut kemudian melaporkannya kepada
dewa Wisnu. Dewa Wisnu kemudian mengeluarkan cakranya, maka ditebaslah leher
asura ini, tepat ketika Amṛta sudah mencapai tenggorokannya.
Akhirnya walaupun badan asura
ini mati, namun kepalanya masih tetap hidup. Kala Rahu marah kepada dewa
Surya dan Candra, ia bersumpah akan memakan mereka pada pertengan bulan.
Demikian kisah Mithologi tentang
munculnya dewa Dhanvantari dari lautan
susu membawa Amṛta Kalaṣa membawa ajaran Āyurveda.